Jumat, 14 Juni 2013

-Hasrat Untuk Berubah-

ketika aku muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia. seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tak kunjung berubah.
maka cita-cita itu agak ku persempit, lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku, namun tampaknya hasrat itupun tiada hasil.
ketika usiaku semakin senja, dengan semangat yang masih tersisa ku putuskan untuk hanya mengubah keluargaku, orang-orang yang paling dekat dengan ku.
tapi celakanya,
merekapun tidak mau berubah!!!
dan kini, sementara aku berbaring saat ajal menjelang. tiba-tiba ku sadari,,,,,

" andaikan yang pertama-tama ku ubah adalah diriku, maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan mungkin aku bisa mengubah keluargaku...
lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi aku pun mampu mengubah negeriku

kemudian siapa tahu, akupun bahkan bisa mengubah dunia...
( ditulis dan dicatat ulang oleh pak Elmir Amien dari buah karya seorang bishop anglikan, pada tahun 1100 Masehi, tertulis diruang pemakaman Wesminster Abbey, Inggris)
“Jangan menyerah sebelum ditolak 21 kali ( penuh dengan banyak penafsiran)”

Teman-teman sekalian.. berbeda dengan Islam, bahwa islam mengajarkan perubahan yang bermula dari diri peribadi Nabi SAW. bersabda“ Ibda’ Bi an-nafsi” kemudian baru meningkatkan hubungan dengan sesama manusia ( Hablu min an-naas) .  Hasan Al-banna juga menguatkan, bahwa untuk membangun sebuah peradaban yang berjaya, hendaknya bermula dari membangun Individu muslim yang baik, keluarga Muslim yang baik, masyarakat muslim yang baik, negara yang baik. Serta bagaimana Islam mampu menjadi tempat bernaung sekalian alam. Mungkin gerangan seperti inilah yang di harapkan oleh Bishop anglikan tersebut. Maka timbul pertanyaan dibenak kita, sebagai muslim kita sudah memiliki sumber daya-sumber daya yang baik untuk melakukannya. Apakah kita sudah ada niat untuk melakukan perubahan itu????.
Dalam Fiqih dakwah juga demikian teman-teman ku sekalian,, ketika kita hendak menyampaikan sesuatu yang baik, maka kesuritauladananlah yang pertama kali kita dahulukan, ‘ Al-qudwah Qabla da’wah ketauladanan sebelum berdakwah’ baru setelah itu kita menyampaikan nasihat-nasihat kebaikan kepada saudara-saudara kita. Rupanya hal ini juga yang menjadi kegelisahan Bishop anglikan tersebut,, kegelisahan tentang kesuritauladanan. Tunggu apa lagi teman-teman sekalian, kita masih berjiwa muda, dan niat untuk merubah dunia itu tidak seberat yang dipikirkan oleh kalangan tua kita. Namun semangat perubahan tersebut hendaklah kita bangun atas dasar pondasi yang kuat, yaitu kepribadian yang baik dalam bingkai kesuritauladanan yang baik.


Copyright @ 2013 LDF AL-Mizan.