ketika aku muda dan bebas
berkhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia. seiring dengan bertambahnya usia
dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tak kunjung berubah.
maka cita-cita itu agak ku
persempit, lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku, namun tampaknya
hasrat itupun tiada hasil.
ketika usiaku semakin senja, dengan
semangat yang masih tersisa ku putuskan untuk hanya mengubah keluargaku,
orang-orang yang paling dekat dengan ku.
tapi celakanya,
merekapun tidak mau berubah!!!
dan kini, sementara aku berbaring
saat ajal menjelang. tiba-tiba ku sadari,,,,,
" andaikan yang pertama-tama
ku ubah adalah diriku, maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan mungkin aku
bisa mengubah keluargaku...
lalu berkat inspirasi dan dorongan
mereka, bisa jadi aku pun mampu mengubah negeriku
kemudian siapa tahu, akupun bahkan
bisa mengubah dunia...
( ditulis dan dicatat ulang oleh
pak Elmir Amien dari buah karya seorang bishop anglikan, pada tahun 1100
Masehi, tertulis diruang pemakaman Wesminster Abbey, Inggris)
“Jangan
menyerah sebelum ditolak 21 kali ( penuh dengan banyak penafsiran)”
Teman-teman sekalian..
berbeda dengan Islam, bahwa islam mengajarkan perubahan yang bermula dari diri
peribadi Nabi SAW. bersabda“ Ibda’ Bi an-nafsi”
kemudian baru meningkatkan hubungan dengan sesama manusia ( Hablu min an-naas) . Hasan Al-banna juga menguatkan, bahwa untuk
membangun sebuah peradaban yang berjaya, hendaknya bermula dari membangun
Individu muslim yang baik, keluarga Muslim yang baik, masyarakat muslim yang
baik, negara yang baik. Serta bagaimana Islam mampu menjadi tempat bernaung
sekalian alam. Mungkin gerangan seperti inilah yang di harapkan oleh Bishop
anglikan tersebut. Maka timbul pertanyaan dibenak kita, sebagai muslim kita
sudah memiliki sumber daya-sumber daya yang baik untuk melakukannya. Apakah kita
sudah ada niat untuk melakukan perubahan itu????.
Dalam Fiqih dakwah juga
demikian teman-teman ku sekalian,, ketika kita hendak menyampaikan sesuatu yang
baik, maka kesuritauladananlah yang pertama kali kita dahulukan, ‘ Al-qudwah Qabla da’wah ketauladanan
sebelum berdakwah’ baru setelah itu kita menyampaikan nasihat-nasihat kebaikan
kepada saudara-saudara kita. Rupanya hal ini juga yang menjadi kegelisahan
Bishop anglikan tersebut,, kegelisahan tentang kesuritauladanan. Tunggu apa
lagi teman-teman sekalian, kita masih berjiwa muda, dan niat untuk merubah
dunia itu tidak seberat yang dipikirkan oleh kalangan tua kita. Namun semangat
perubahan tersebut hendaklah kita bangun atas dasar pondasi yang kuat, yaitu
kepribadian yang baik dalam bingkai kesuritauladanan yang baik.
0 komentar:
Posting Komentar