Kamis, 23 Mei 2013

Filled Under:

GO PANGAN LOKAL DAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NABI YUSUF A.S

Akhir-akhir ini sejumlah aktivis mahasiswa, ormas dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli akan lingkungan sosial masyarakat mencoba untuk membuat suatu gebrakan yang bertemakan go pangan lokal. Selogan ini dilatar belakangi oleh keperihatinan terhadap pola konsumsi masyarakat yang lebih memilih panganan yang berasal dari produk luar negeri. Kondisi ini dikuatkan oleh Hasil survei MITI ( Masyarakat Ilmuan dan Tekonolog Indonesia) terhadap 500 konsumen di Bandung, Surabaya, Jakarta, dan Yogyakarta, menunjukkan pola perilaku konsumsi masyarakat Indonesia lebih memilih panganan asing ketimbang lokal (ANTARA News).
Humas MITI (Masyarakat Ilmuan dan Teknolog Indonesia) pusat Mu’arif mengatakan membudayakan kembali pangan lokal bukan hanya akan menghilangkan ketergantungan pada salah satu makanan pokok saja, melainkan juga menambah asupan gizi masyarakat yang lebih beragam, Selain itu, dapat meningkatkan kesejahteraan petani. ( ANTARA News)
Berbicara tentang ketahanan pangan lokal, tentu berbicara tentang sejauh mana kemampuan bangsa Indonesia dalam mengolah sumber daya alam produktif untuk menghasilkan bahan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat bisa survive dalam menghadapi setiap permasalah yang dihadapi khususnya berkaitan dengan kemiskinan, kelaparan maupun kekurangan gizi.
Salah satu indikator ketidakmampuan suatu bangsa dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya, ditunjukkan dengan nilai impor bahan makanan pokok yang lebih tinggi dari nilai ekspor. Dari data statistik makro pertanian terbaru yang dikeluarkan oleh departemen pertanian menunjukkan bahwa nilai impor makanan pokok masayarakat terus mengalami peningkatan.  Tahun  2009 volume impor beras segar pemerintah 250.225 ton, tahun 2010, meningkat 687,582 ton tahun 2011, berjumlah 2,744,002  ton dan triwulan 1 tahun 2012 volume impor 770,295  ton. Tren peningkatan nilai impor bahan kebutuhan pokok ini menunjukkan masih lemahnya pemerintah dalam menggarap dan mengolah sumber daya alam potesial yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Berbagai kebijakan dan himbauan baik langsung maupun tidak langsung  juga sudah digencarkan, baik oleh pemerintah, Ormas, maupun lembaga swadaya masyarakat, agar masyarakat mau beralih mengkonsumsi makanan-makanan lokal, seperti umbi-umbian, biji-bijian dan lain-lain, sebagai pengganti beras. Namun timbul sebuah pertanyaan dibenak kita, apakah kebijakan ini efektif dalam mengurangi dan mengubah mindset perilaku konsumsi masyarakat terhadap beras yang notabene sudah menjadi makanan pokok masyarakat sejak berabad-abad yang lalu. Tentu dalam melakukan perubahan-perubahan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Bahkan berujung kepada terbengkalainya sebuah kebijakan tersebut karena tidak dapat memberikan pengaruh terhadap masyarakat. Maka timbul sebuah pertanyaan lagi Apakah ada kebijakan-kebijakan yang efektif dan efesien yang dapat dilakukan selain menggantikan beras menjadi sumber makanan pokok masyarakat.
Mari kita sejenak merenungi kisah  tentang Nabi yusuf a.s ketika beliau mentakwilkan mimpi raja. Ketika itu raja bermimpi melihat tujuh sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh sapi betina yang kurus. Serta tujuh tangkai gandum hijau dan tujuh tangkai gandum kering. Beliau mentakwilkan mimpi tersebut dengan harapan agar raja melalui kuasanya memerintahkan masyarakat untuk dapat bercocok tanam ( komoditas gandum)  selama tujuh tahun berturut-turut. Dan setelah itu akan datang 7 tahun musim kemarau yang menghabiskan semua persedian makanan kecauli sedikit yang disimpan. Kenapa harus gandum yang ditanam? Kenapa tidak biji-biji atau buah-buah yang lain? Surya Darma yang dikutip dari Wheat Flour Institute menyebutkan bahwa selama lebih dari 10,000 tahun, gandum dan keluaran daripada gandum merupakan tanaman pertanian yang membawa kesejahteraan bagi penduduk Mesir yang membebaskan mereka dari belenggu kehidupan yang nomaden.
Setelah membaca berbagai literatur, dapat kita simpulkan bahwa ada tiga perinsip kebijakan pangan yang dilakukan oleh Nabi yusuf a.s. perinsip yang pertama adalah penjatahan makanan yang bijaksana, dimana Nabi Yusuf a.s mewajibkan bagi dirinya, raja dan seluruh masyarakat untuk makan sekali dalam satu hari. Ini membawa hikmah bahwa kita diajarkan untuk hidup berhemat. Perinsip yang kedua fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, Allah berfirman :
“ Dia yusuf berkata, “ Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun ( berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan ditangkainya kecuali sedikit yang kamu makan.” ( QS. Yusuf : 47)
“kemudian setelah itu akan datang tujuh ( tahun) yang sangat sulit yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun yang sulit), kecuali sedikit dari apa ( bibit gandum) yang kamu simpan. ( QS. Yusuf : 48)
Dari ayat diatas Nabi Yusuf a.s memerintahkan kepada masyarakat melalui kuasa raja untuk menanam gandum, dalam menghadapi musim kemarau panjang dimasa yang akan datang. Hikmahnya adalah Nabi Yusuf mengajarkan kepada kita untuk tetap memproduksi makanan pokok yang menjadi hajat hidup masyarakat banyak. Dan tidak beralih kepada panganan yang lain.
Perinsip  yang ketiga mengoptimalkan penggalian potensi sumber daya dalam negeri, Setelah gandum diproduksi dan ditetapkan sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Maka timbul pertanyaan selanjutnya  apakah untuk memasok kebutuhan gandum negeri Mesir harus mengimpor dan bergantung kepada negara lain?
 ini menjadi sangat penting untuk dipertanyakan karena Komoditas utama pertanian yang dikembangkan untuk daerah-daerah subur di Mesir sejak zaman kuno hingga kini adalah barley dan gandum untuk pembuatan roti--sebagai bahan makanan pokok masyarakatnya ( Ajat Jatnika, 2008). Oleh karena itu Nabi Yusuf memerintahkan masyarakat untuk menanam gandum dalam rangka mengoptimalkan potensi dalam negri sendiri sehingga tidak bergantung dengan negara lain. Malah Negeri Mesir dengan kelebihan gandum yang ada dapat menolong negeri tetangga ( negeri Kan’an tempat Nabi Ya’qub berada).
Tiga  hal kenapa kita berkewajiban mengikuti kebijakan ketahanan pangan Nabi yusuf a.s. pertama, Nabi Yusuf a.s adalah seorang Nabi Allah, sudah pasti Allah memberikan rahmat kebaikan yang terbaik serta menjaga setiap aktivitas yang dilakukan oleh Nabi Yusuf a.s. sehingga setiap kebijakan yang dilakukan oleh Nabi Yusuf, adalah kebijakan-kebijakan yang langsung dibawah naungan rabbani. Kedua bahwa selain menjadi Nabi. Yusuf as. adalah seorang  negarawan sukses yang berhasil menyelamatkan perekonomian Negara Mesir dari kerisis yang diakibatkan oleh  musim kemarau yang panjang. Ketiga bahwa kisah Nabi Yusuf as. Diabadikan didalam al-qur’an. Al-qur’an adalah pedoman hidup baik dimasa lalu, dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.  
Kebijakan go pangan lokal sangat efektif apabila kebijakan tersebut dapat berjalan beriringan dengan kebijakan ketahanan pangan nasional dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Bukan menjadi sebuah kebijakan atau arahan untuk mengganti pola konsumsi masyarakat.
Demikianlah semoga belajar dari kisah Nabi Yusuf a.s diatas kita dapat memberikan solusi yang terbaik untuk menjaga  ketahanan pangan bangsa Indonesia, terlebih lagi WHO ( World Human Organization) memprediksikan bahwa ditahun 2025 hampir seluruh negara agraris yang ada  di dunia mengalami kerisis pangan. Bagaimana dengan nasib bangsa Indonesia?
( Creat : Amrullah)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 LDF AL-Mizan.