Rabu, 13 Mei 2015

Filled Under:

Hijab Itu Kewajiban atau Pilihan


life is choice” Setuju?
Tidak!
Kenapa?

Hidup tidak sesederhana kalimat life is choice, karena jauh dari sebuah kalimat  itu kita lupa bahwa hidup juga tentang kewajiban, karena manusia diciptakan bukan tanpa alasan, juga bukan tanpa membawa manfaat. Tak hanya kewajiban tapi Allah melekatkan pada diri kita masing-masing hak yang harus kita penuhi baik oleh diri kita sendiri maupun melalui orang lain.

Sebagai seorang anak, adalah hak bagi kita mendapatkan kasih sayang serta dibesarkan dengan biaya yang halal oleh orang tua kita. Sebagai seorang mahasiswa adalah hak bagi kita mendapatkan pelayanan pendidikan  yang layak, karena kita adalah penerus bangsa. Itulah hak setiap kita yang harus dipenuhi melalui orang lain. Lantas bagaimana dengan hak yang harus dipenuhi oleh diri kita sendiri?

Hari ini kita mau makan di KFC atau di Ayam Lepas, itu pilihan. Hari ini kita mau kuliah atau bolos itu pilihan. kita mau masuk surga atau neraka itu pilihan. tapi ingat bahwa, shalat itu wajib, memakai hijab bagi wanita itu kewajiban.

Mungkin kita sering berkata kepada teman wanita kita “kamu cantik dech... apalagi kalo pake hijab syar’i. Lantas apa jawaban mereka? Pernyataan yang terlontar dari mereka “aku belum siap, aku belum jadi orang baik”. Jika kita melanjutkan pertanyaan “terus kapan siapnya?” mereka hanya menjawab “entahlah”. Jika mereka sendiri tidak tahu kapan mereka menjadi lebih baik, lantas kapan mereka akan berubah? Bukankah perubahan itu adalah untuk menjadi lebih baik, lantas mengapa mereka berkata belum cukup baik untuk berubah? Hmmm... Sepertinya jalur berfikir mereka sedikit melawan arus, bayangkan bagaimana jika kita mengendarai sebuah motor tapi melawan arus? Ya, amat naas dan kecelakaan donk, sama seperti cara berfikir mereka jika kita tidak membantunya untuk merubah arus berpikirnya maka barang tentu kita membiarkan mereka celaka dalam menjalani makna kehidupan ini.

Lalu jika kita lontarkan pernyataan yang sama pada orang yang berbeda “kamu cantik dech... apa lagi kalo pake hijab syar’i jawaban mereka akan sama “belum siap”, lantas jika kita lontarkan pernyataan lagi “Apakah Allah memberi perintah agar kita pake jilbab ketika kita siap ya? Bukannya dulu Allah memerintahkan kepada Nabi supaya wanita muslimah itu menjulurkan kainnya hingga menutupi auratnya, muslimah-muslimah saat itu mungkin juga belum siap lho.. tapi mereka tetap melaksanakannya” pasti mereka hanya menjawab “inikan pilihan aku”. Ya, disitulah saatnya kata-kata pilihan menjadi “kambing hitam”, saat kita menghindar dari sebuah kewajiban. Lupakah bahwa di samping pilihan, yang lebih utama adalah kewajiban yang wajib kita laksanakan?

“Hai Nabi! Katakanlah kepada  istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”(QS. Al-ahzab: 59)

Dalam ayat itu Allah mewajibkan bagi setiap wanita mukmin untuk menutup auratnya, ingat! Itu "wajib", bukan pilihan. Lalu jika kita lanjutkan memaknainya, ayat tersebut tak hanya menyeru kewajiban tapi menyisipkan hak kita sebagai wanita yang bisa kita penuhi oleh diri kita sendiri, yaitu supaya kita terjaga dan tidak diganggu. jika supaya kita terjaga dan tidak diganggu itu adalah hak kita, lantas masihkah kita menyatakan bahwa hijab itu pilihan? Jika ada yang menjawab ya, dan masih memilih belum menggunakan hijab dengan alasan belum siap, mungkin itu pilihan tapi ingatlah bahwa pilihan yang buruk akan membuat kita menzalimi hak yang sudah Allah berikan untuk kita, akankah kita menyia-nyiakan hak kita sebagai wanita muslimah?

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 LDF AL-Mizan.