Jumat, 15 Maret 2013

Filled Under:

Siapa pantas mendidik Karakter?

M
engajar itu mudah karena hanya menyampaikan pengetahuan. Mencari nilai baik pun bukan perkara sulit. Namun berprilaku baik, itulah yang tersulit.  Jauh lebih sulit ketimbang menuntut Ilmu. Banyak orang bisa raih gelar Doktor atau PhD dalam usia belum 25 tahun. Namun berapa banyak guru besar yang sudah memiliki karakter. Dari sejumlah pejabat di Indonesia, berapa yang berkarakter?
Pemimpin berkarakter, tidak perlu harus diturunkan rakyat seperti yang tengah bergolak di timur tengah sekarang ini. Puluhan tahun memimpin tidak juga bisa mendidik karakter bangsa. Sebelum karakter bangsa terdidik, didik dulu diri sendiri. Sesungguhnya dia tahu bahwa mustahil bisa memimpin seumur hidup. Namun tidak mudah untuk mau dan mampu turun panggung saat berkuasa. Karena sulit melepas kekuasaan, pemimpin tidak mampu mendidik karakter sendiri. Tidak mampu benah diri, mustahil bisa benahi orang lain apa lagi rakyat.
Begitulah orang pintar atau orang kaya bukan jaminan berkarakter. Pejabat atau pengusaha ‘setali tiga uang’. Guru atau dosen lebih banyak yang hanya bisa mengajar daripada mendidik. Sebagian motivator ternyata hanya iming-imingi kesuksesan dan kekayaan. Mencari  sukses apalagi memburu harta itu bukan pendidikan karakter.
Orang yang cerdas, yang kaya, yang punya kedudukan dan jabatan, banyak tidak tampak karakternya. Itulah yang menjadi soal. Dalam kelupaan dan ‘merasa serba lebih’, inilah yang otomatis jadi penyebab character assassination. Pembunuhan karakter yang dilakukan sendiri. Karena dilakukan sendiri pembunuhan karakter tidak terasa, tidak tahu kapan dimulainya, dan tidak tahu kapan berakhirnya. Karena oleh diri sendiri pematian nilai-nilai karakter terjadi tanpa disadari, tapi langsung dan berjalan begitu lama.
Inilah pembunuhan karakter yang paling epektif dan efisien. Karena itu bangsa ini kebingungan harus berbuat apa dalam menangani krisis Indonesia yang seolah terperosok dalam sumur tanpa dasar. ( dikutip dari buku Charakter Building, Erie Sudewo. Hal 243-244)


0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 LDF AL-Mizan.