Pengurus
LDF Al-Mizan yang saya banggakan. Ketahuilah bahwa saya mencintai kalian semua
karna Allah, dan kalian juga mencintai saya karna Allah, dan biarlah Allah,
Rasul dan orang-orang mukmin sebagai saksi atas apa yang kita kerjakan
dijalan-Nya. Amiin
saudara-saudaraku sekalian untaian kata-kata
yang saya kirim untuk pengurus sekalian yang sayakutip dari buku karangan Ery
Sudewo ini menjadi sebuah refleksi,muhasabah diri kita menuju akselerasi
(percepatan) perubahan kedepan menjadi lebih baik terkhususnya bagi pribadi dan
karakter kita.
Pengurus
sekalian karakter sangat berperan besar dalam merubah sudut pandang kita semua.
Karena perlu kita tekankan bersama bukan orang-orang yang menjabat sebagai ketua dalam Sebuah organisasi saja yang
di sebut sebagai pemimpin, akan tetapi kita semua adalah
pemimpin yang bertanggung jawab atas apa yang kita pimpin. Seperti yang kita
ketahui Rasul melalui hikmah hadisnya mengatakan kullukum raa’in wa kullukum mas’uulun ‘an raa’iyatihimsetiap kamu
adalah pemimpin dan kamu sekailan akan diminta pertanggungjwaban atas apa yang
kamu pimpin tersebut. Nah untuk itu ada satu pertanyaan bagi kita semua
saudara-saudara ku sekalian apakah kita sudah menjadi pemimpin yang inspiratif? Atau bagaimana? Nah untuk
itu marilah kita sedikit bermuhasabah diri dengan topik karakter pemimpin
inspiratif dibawah ini.
P
|
emimpin
sejati ditentukan oleh karakter bukan jabatan. Jabatan hanya bicara atasan dan
sifatnya sesaat. Karakter merupakan prilaku yang tidak tampak di CV, tapi jadi
kekuatan utama. Siapa yang punya karakter, sesungguhnya dialah pemimpin sejati.
Meski
tidak punya jabatan, kepemimpinan pemimpin sejati telah tampak. Di belakang dia
mendorong, di tengah dia memobilisasi. Di depan ia menarik. Dimanapun
posisinya, pemimpin sejati selalu menginspirasi. Kendati ia hanya tergolek di
kursi roda, dia pasti jadi sumber inspirasi, meskipun dia telah tiada, pemimpin
sejati pasti inspiratif.
Inspirasi,
satu nilai penting karakter yang otomatis melekat. Tanpa dilatih secara khusus,
inspirasi tetap muncul karena unsur lain pembentuk karakter terus berjalan.
Lebih-lebih jika di latih pasti mempesona. Dimanapun pesona adalah sumber
inspirasi. Pemimpin berkarakter pasti penuh inspirasi. Pemimpin inspiratif
pasti memiliki karakter yang kuat. Pemimpin berkarakter yang inspiratif, itulah
pemimpin yang sesungguhnya.
Pemimpin
sejati adalah guru, ayah, sahabat dan rekan seperjuangan. Bukan ditentukan oleh
jabatan dan atasan. Karakter kepemimpinan akan mengantar kedudukan padanya.
Jabatan akan datang tanpa diminta. Karakter pemimpin sejati tidak pernah minta
jabatan. Dia paham jabatan penuh jebakan. Hingga disebut atasan bahkan boss,
jiwanya risih meski sekedar bergurau.
Pemimpin
sejati pasti mau dipimpin. Dia tidak merasa tersaingi, bahkan sumringah
harap-harap cemas menikmati prosess kaderisasi. Ditepis keraguan menatap anak
didiknya. Calon-calon pemimpin ini harus harus merasakan proses pengambilan
keputusan, harus merasai ketegangan saat perbenturan konflik kepentingan. dan,
yang tidak kalah penting, mereka yang tengah disiapkan ini harus melalui
kekeliruan. Karena kekeliruan itu merupakan guru yang terbaik.
Bukankah
ini semua inspiratif. Kata-kata para pemimpin sejati pasti di dengar hingga
banyak dikunjungi, baik oleh orang penting maupun masyarakat biasa. Dia
disegani baik kawan maupun lawan. Pemimpin sejati baru tampak setelah berhenti
memimpin. Jadikah ia rujukan dan tetap di hormati?
Pemimpin
yang usai tugas lantas tidak dihormati, tidak dikenang, dan tidak ada kesan,
dia bukanlah pemimpin sejati. Pemimpin tanpa kepemimpinan, apalah arti
pemimpin. Dihadapanya pengikut mengangguk-angguk. Di belakang mereka mengutuk.
Dihadapan tampak hormat, dibelakang melaknat. Di depan tampak setia, dibelakang
mencerca.
Pemimpin
sejati tidak membuat pengikut, tapi mendorong kesetaraan. Sebab inti
kepemiompinanadalah regenerasi dan kaderisasi, munculkan pemimpin lain dan
berikut. proses mendorong kepemimpinan amat inspiratif. Kemunculan tim
yang di latih jadi pemimpin, tentu terinspirasi dengan pemimpin sejati. Mereka
yang terlatih jadi pemimpin pasti ringankan banyak hal. Inilah the
dream teamssangat inspiratif.
Pemimpin
yang menciptakan pengikut tidak paham nilai-nilai kepemimpinan. Punya pengikut
memang membanggakan apalagi banyak. Namun hanya sebatas itu selebihnya hanya
jadi beban. Semakin banyak pengikut sesungguhnya semakin bertambah bebannya.
Saatnya dia akan kekelahan sendiri. Untuk selesaikan
hal sepele pengikut tunggu petunjuk. Inisiatif jangan harap. Keberanian
terpangkas karena tidak pernah berlatih. Kompetisi jadi tidak sehat. Intrik,
ABS (Asal Bapak Senang), Ghibah, dan fitnah carut marut. Seperti ini kebanyakan
bukan karena panggilan hati. Bukan atas dasar perinsip dan cita-cita. Tetapi
karena ada sesuatu yang disembunyikan. Begitu sang pemimpin lengser, segera dia
habisi pengikut yang dia ciptakan. Itulah kepentingan
Pemimpin
yang selagi pengang jabatan tidak didengar kata-katanya, dia bukan pemimpin
hakiki. Siapapun yang jadi pemimpin seperti ini orang tidak peduli. Bahkan
mungkin diapun tidak bnerminat bergaul. Karena dia tahu orangpun tidak peduli,
tidak hormat, dan tidak suka padanya. Maka di tempat pertemuan, orang
berbisik-bisik dianggap tengah bicarakan dirinya.
Dia
tepinggir, tersisih dengan sendi. Pemimpinseperti ini sesungguhnya telah mati.
Yang ada hanya sosok tubuhnya saja. Tidak ada sifat kepemimpinan justru di saat
lagi menjabat. Ada atau tiada sama saja.
Pemimpin
tanpa inspirasi bukanlah pemimpin. Sementara berapa banyak pemimpin yang tidak
inspiratif. Yang tampak Cuma lebih banyak bicara dan berdebat, yang bicara atas
nama bangsa banyak. Yang brtindak atas nama bangsa itulah yang belum tampak.
Pemimpin yang tidak inspiratif baru berpikir kebangsaan. Pemimpin inspiratif
tindakannya sudah mencerminkan rasa kebangsaanya. Memang semakin langka kita
dapati pemimpin yang sesungguh-sungguhnya pemimpin. Seperti apa itu, wallahu’a’lam(dikutip dari buku character buildingEdy Sudewo dan sedikit
pengubahan)
0 komentar:
Posting Komentar