Selasa, 23 April 2013

JERAMI SEBAGAI PENGAWET ALAMI






Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahan pengawet kimia, pada kenyataannya secara langsung maupun tidak langsung bahan kimia tersebut membahayakan tubuh manusia. Penggunaan pengawet kimia dapat kita jumpai pada berbagai jenis makanan yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Misalnya dari bahan pengawet kimia itu sendiri adalah formalin yang memiliki dampak negatif bagi tubuh manusia. Secara tidak langsung pengawet kimia ini berdampak negatif pada kesehatan manusia dalam jangka panjang. Beberapa dampak negatifnya adalah bersifat  karsinogen (menyebabkan kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel, jaringan tubuh), korosif dan iritatif.
Salah satu masalah penyalah gunaan formalin dapat kita jumpai pada bakso, tahu, mie, dll. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menemukan adanya bahan berbahaya pada formalin, jika dikonsumsi manusia akan merusak saraf-saraf pusat.
Selain itu pengawet kimia tersebut dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan pengawet alami. Masalah ini tentu saja sangat diperhatikan oleh produsen, mengingat daya beli masyarakat Indonesia yang masih cukup rendah.
Salah satu alternatif dari penelitian ini yaitu menggunakan pengawet alami dari jerami (limbah padi). Selain itu, dengan  penggunaan jerami (limbah padi ) tidak membutuhkan biaya yang mahal dalam memperolehnya. Karena jerami mudah diperoleh dimasyarakat pedesaan. Jerami atau limbah padi dapat dimanfaatkan sebagai pengawet karena mengandung kalium natrium, zat anti mikroba, mencegah agar tidak busuk.
 
1.      Percobaan pengawetan jerami (limbah padi) terhadap mie basah.
Tabel 4.1 Hasil pengamatan tingkat ketahanan makanan setelah perlakuan.
Variasi
Tingkat Ketahanan Makanan (Jam)
A1
48
A2
48
A3
46
Kontrol
24

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada variasi A1 dan A2  mie basah memiliki ketahanan paling tinggi. Kemudian diikuti variasi A3. Sebagaimana diterangkan dalam rancangan penelitian, dari variasi A1-A3 diawetkan. Sedangkan pada variasi kontrol tidak diawetkan dan hanya dapat bertahan 24 jam.

2.      Percobaan pengawetan jerami (limbah padi) terhadap tahu.
Tabel 4.2 Hasil pengamatan tingkat ketahanan makanan setelah perlakuan.
Variasi
Tingkat Ketahanan Makanan (Jam)
B1
44
B2
44
B3
46
Kontrol
12

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pada variasi B3  tahu memiliki ketahanan paling tinggi. Kemudian diikuti variasi B1 dan B2. Sebagaimana diterangkan dalam rancangan penelitian, dari variasi B1-B3 diawetkan. Sedangkan pada variasi kontrol tidak diawetkan dan hanya dapat bertahan 12 jam.

3.      Percobaan pengawetan jerami (limbah padi) terhadap dawet.
Tabel 4.3 Hasil pengamatan tingkat ketahanan makanan setelah perlakuan.
Variasi
Tingkat Ketahanan Makanan (Jam)
C1
48
C2
46
C3
48
Kontrol
24

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada variasi C1 dan C3  dawet memiliki ketahanan paling tinggi. Kemudian diikuti variasi C2. Sebagaimana diterangkan dalam rancangan penelitian, dari variasi C1-C3 diawetkan. Sedangkan pada variasi kontrol tidak diawetkan dan hanya dapat bertahan 12  jam.

B. PEMBAHASAN
1. Jerami (batang padi) dapat digunakan sebagai alternatif pengawet alami 
   makanan.
Penentuan tingkat ketahanan makanan dalam pembusukan yaitu dilakukan dengan mengamati ciri-ciri fisik makanan (rasa, bau, warna) dan membandingkannya dengan kontrol, serta mengamati waktu hingga makanan tersebut mengalami pembusukan. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa makanan tersebut benar-benar telah basi, yang ditandai dengan perubahan bau, warna, rasa.
Pada tabel 4.1sampai 4.3 makanan yang diawetkan mampu bertahan hingga kurang lebih 46 jam pada semua variasi. Hal ini membuktikan bahwa jerami dapat di gunakan sebagai alternatif pengawet makanan alami.
Kemampuan jerami dalam mengawetkan makanan ditengarai karena mengandung beberapa beberapa zat yaitu kalium natrium, zat anti mikroba, mencegah agar tidak busuk.
2. Prosedur pemanfaatan jerami (batang padi) sebagai pengawet alami.
Dalam mengawetkan makanan menggunakan jerami (batang padi) pertama dilakukan dengan pertama mencari jerami sebagai bahan dasar utama pembuatan pengawet, kemudian jerami tersebut dibakar hingga menjadi abu .Hal ini agar terjadi proses karbonisasi yang mengaktifkan zat karbon. Sehingga karbon dapat mengikat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Kemudian abu ditimbang dan dicampurkan dengan air lalu diendapkan selama 12 jam hingga abu dan airnya terpisah. Setelah diendapkan air endapan tersebut diambil 3 sendok makan. Untuk setiap 3 sendok makan dapat dicampur dengan air sebanyak 1 liter. Pencampuran air ini bermaksud ntuk menetralkan warna air tersebut dan bertujuan untuk melarutkan karbon tersebut kedalam air sehingga zat karbon merata serta menghemat penggunaan air endapan.  Setelah didapat percampuran air tersebut digunakan sebagai media perendaman makanan yang akan diawetkan.

3. Efektifitas jerami dalam mengawetkan makanan secara alami, aman dan
    ramah lingkungan.
Makanan yang diawetkan dengan jerami dapat bertahan lebih lama dari pada makanan yang tidak diberi pengawet jerami. Dalam penelitian ini didapat, makanan yang diawetkan dengan jerami tingkat ketahanannya rata-rata menjadi 4 kali lipat dari makanan yang tidak diberi penambahan pengawet. Hal tersebut membuktikan bahwa jerami efektif untuk mengawetkan makanan secara alami, aman dan ramah lingkungan. Jadi pengawet dari jerami lebih efektif dari pada pengawet kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Senin, 22 April 2013

Menanti Sang Pajar Kemenangan (Goresan Pena sederhana Al-mizan)


       Bismillah, sebuah kalimat yang menyejukkan hati, kalimat pembuka setiap aktivitas. kalimat penuh berkah.. kalimat yang memancarkan cahaya kehangatan kedalam sanubari hati, jauh dan jauh lebih hangat dari kilaunya mentari pagi. Alhamdulillah. ikhwatiFillah jamii'an uhayyi'ukum bit-tahiyyati Al-Islam tahiyyatil mubarakah, wa tahiyyati As-salamah. Assalamu'alaikum Warahmatullaahi wabarakatuh. saudara-saudara ku sekalian yang dirahmati Allah. dan izinkan juga saya mengucapkan kalimat  salam yang penuh berkah ini, kepada saudara-saudara ku sekalian. sungguh kalimat ini, kalimat yang apabila kita mendengarkannya, maka bergetarlah hati kita akan keagungan maknanya. kalimat yang mempererat persaudaraan kita dalam bingkai Iman dan Islam. kalimat tangguh yang dapat menyatukan kita dimanapun kita berada.
       saudara-saudara ku sekalian, tentu dalam setiap aktivitas ada keletihan, dari setiap perjuangan ada pengorbanan, dari setiap nikmat yang kita dapatkan ada imbalan yang harus kita keluarkan dan dari setiap usaha ada waktu yang harus kita korbankan. dan disinilah kita teringat akan perkataan Ustad Hasan Al-Banna yang menyampaikan, terkadang waktu yang kita punya itu tidak cukup untuk mengakomodir aktivitas yang kita lakukan. penyampaian ini adalah sebuah sharing untuk kita yang merasa waktunya banyak yang di korbankan untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar, yang merasa waktu yang di korbankan adalah sebuah kerugian, karena kita tidak merasakan perubahan yang berarti dalam perjuangan yang menjadi cita-cita kita bersama. lantas saudara-saudara ku sekalian timbullah sebuah pertanyaan dalam sanubari hati kita, bukankah waktu yang kita korbankan di jalan kesia-siaan juga tidak memberikan arti yang besar kepada kita??? ini sebuah perenungan diri bagi kita semua. kemudian dalam keadaan lemah tersebut kita masih bertanya "kapankah Sang pajar kemenangan nyata" itu akan terbit. yang akan menyinari kita dari gelapnya keputus asaan. disinilah hendaknya kita merenungi apa yang di sampaikan Allah dalam surat An-Nasr Ayat 1-3 " Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. sungguh, Dia Maha Penerima tobat." saudara-saudara ku sekalian ini adalah ayat yang diturunkan ketika fathul mekah. coba kita bayangkan perjuangan Rasulullah sampai kepada fathul Mekah, ini merupakan perjuangan yang panjang. sedangkan kita yang papa ini, tidak sebutir debupun yang sudah kita perbuat dalam menegakkan 'amar ma'ruf nahi munkar. apakah kita ini masih layak bersedih dengan waktu yang kita korbankan??? ( Sebuah Renungan diri) maka mohon ampunlah kita kepada Rabb Ar-Rahman Ar-Rahiim. yang Senantiasa selalu menguatkan hati kita akan nikmat Iman dan Islam. Sang Pajar Kemenangan pasti akan datang. yang akan memberikan harapan yang lebih baik, selembut cahaya mentari pagi yang menyinari kita dari gelapnya keputusasaan. bukankah Sang Pajar kemenangan itu sudah Mulai terbit Saudara ku. kita sudah mulai merasakan cahayanya di ufuk timur yang jauh. Sang Pajar Kemenangan Islam itu, adalah kemenangan yang Nyata. walau bukan kita yang merasakan, pasti anak cucu masa depan kita yang akan merasakannya sesungguhnya janji Allah itu Pasti Benar.
        satu epilog yang ingin saya sampaikan kepada saudara-saudara ku sekalian " Hendaklah kita semua berpegang teguh pada tali Allah, janganlah kita saling berpecah belah karena hakikat Islam adalah Persatuan" kemenangan Islam adalah kemenangan kita semua.

Sebuah untaian Puisi :
ku mendaki bukit dengan segenap pengorbanan
menaiki pohon cemara hutan
memalingkan wajah keufuk timur
melihat sang pajar kemenangan datang menyapa

       oh...  sang pajar kemenangan
       rindu hati ini tidak terbendungkan
       namun apalah daya
       biarkanlah sanak saudara "masa depan" yang merasakan
       merasakan Indahnya dunia dalam bingkai iman dan Islam 

( Amrullah) 

 
    




Copyright @ 2013 LDF AL-Mizan.